SAiA kembali
ngeBLOG lagi,,,,,,,,,,!!!!!
Nah.... hari ini
kita akan BELAJAR tentang “menggambar
Imajinasi” ada yang sudah tau apa menggambar imajinasi itu?? Okeh,,,,,untuk
lebih jelasnya LET’S READ TOGETHER,,,,,,,,,,,,,,,,,,,!!!!!!!!!!!!!!!!
A.
Pengertian Menggambar Imajinasi.
Pada hakekatnya menggambar ini adalah pengungkapan seseorang
secara mental dan visual dari apa yang dialaminya dalam bentuk garis dan warna.
Menggambar merupakan wujud pengeksplorasian teknis dan gaya, penggalian gagasan
dan kreativitas, bahkan bisa menjadi ekspresi dan aktualisasi diriPengertian Menggambar.
Ada beberapa metode dalam menggambar yang tujuannya
mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak, yaitu :
a.
Menggambar
dengan cara mengamati (observasi).
Anak
bisa menggambar dan mewarnai gambarnya sendiri tanpa menjiplak atau dengan
contoh pola. Dengan demikian anak dapat melupakan observasi dengan cara
menciptakan, bereksperimen, dan melampaui kemampuannya.
b.
Menggambar
berdasarkan pengalaman/kenangan.
Menggambar
dengan metode ini lebih memotivasi anak untuk menggambarkan sesuatu berdasarkan
pengalaman dan kenangannya. Menggambar
berdasarkan imajinasi.Kejadian mendorong kita untuk keluar dan bisa
diekspresikan dalam bentuk gambar, lukisan, dan model.
Ada 3 tahap perkembangan anak yang
dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar:
a.
Pertama,
tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun.
Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga
coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang
kusut.
b.
Tahap
kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap
ini anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil
goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian
lingkaran-lingkaran.
c.
Tahap
ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih
luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannyapun
sudah lebih.
Tujuan
menggambar bagi anak :
1.
Mengembangkan
kebiasaan pada anak untuk berekspresi.
2.
Mengembangkan
daya kreativitas.
3.
Mengembangkan
kemampuan berbahasa.
B. Pengertian Imajinasi
Begitu pentingnya
imajinasi Albert Ainstein mengatakan bahwa imajinasi lebih penting dari pada
ilmu pengetahuan. Karena dengan imajinasi yang ada dalam otak, akan menggugah tubuh kuta
untuk mencari tahu semua yang ada dalam imajinasi. Sehingga muncullah ragam
ilmu pengetahuan
“Mengenai pentingnya imajinasi, Wass
(Laily, 2009:83) sampai pada kesimpulan bahwa imajinasi adalah cara berfikir
alami yang menghasilkan perubahan, bahkan sebelum kita menyadarinya.”
C.
Manfaat Menggambar untuk Perkembangan Anak
Dan manfaat
menggambar untuk anak adalah:
1. Pertama, menggambar dalam bentuk apapun
merupakan ekspresi dan bagian dari proses kreatif dan imajinatif mereka di masa
kecil. Dengan menggambar, anak akan belajar mencipta atau berkreasi, menuangkan
ide-idenya, serta memvisualisasikan dan merealisasikan imajinasinya dalam
sebuah karya.
2. Kedua, membantu proses perkembangan
aspek kognitif, kecerdasan emosional dan kecerdasan motorik mereka. Menggambar
dapat membantu meningkatkan konsentrasi anak, melatih daya ingat, kesabaran,
ketelitian dan keuletan anak dalam menghasilkan sesuatu. Menggambar juga
melatih keterampilan dan kemampuan motorik halus anak.
3. Ketiga, mengasah bakat anak yang bisa
berdampak signifikan terhadap kemampuan dan skil mereka di masa depan. Semua
anak mungkin suka menggambar dan bisa menggambar, tetapi anak yang berbakat
menggambar bisa menghasilkan gambar yang lebih bagus. mbangkan dalam suasana
yang nyaman dan menyenangkan.
4. Keempat, menggambar sebagai sebuah
stimulus untuk menumbuhkan minat belajar, sekaligus metode pembelajaran dan
pendidikan berbasis kreativitas, dengan syarat anak dibiarkan mengekspresikan
pikiran dan perasaannya lewat gambar tanpa selalu diberikan objek tiruan.
D.
Pola Perkembangan Menggambar Pada Anak.
Viktor
Lowenfeld dalam bukunya Creative and
Mental Growth (1982) meneliti tingkat perkembangan menggambar anak
berdasarkan usia, menganalisis tentang periodisasi yang menjadi ciri umum
lukisan anak-anak sesuai waktu (usia) dan tahap perkembangan sosial intelektual
mereka, sebagai berikut:
a.
Periode
Coreng-Moreng (Scribbling Stage).
Periode ini berlaku bagi anak berusia 2 sampai 4 tahun (masa
prasekolah). Gambar yang dibuat tanpa makna, hanya perbuatan meniru orang lain,
tetapi merupakan latihan gerak motorik dari koordinsai gerakan tangan dan mata,
gambar berupa goresan tipis tebal dengan arah yang belum terkendali.
Gambar 1 Dalam goresan tak beraturan,
pena tidak lepas dari kertas. (Lowenveld,1975)
b.
Goresan
Terkendali.
Berupa goresan-goresan tegak, mendatar, lengkung bahkan
lingkaran, coretan dilakukan berulang-ulang.
Gambar 2 Goresan terkendali
memperlihatkan gerakan yang bervariasi, dengan ditambah menggunakan gerakan
otot kecil. (Lowenveld,1975)
c.
Goresan
Bermakna.
Pengalaman anak dalam membuat goresan semakin lengkap,
gambar anak mulai terwujud menjadi satu kesatuan, bentuk yang semakin
bervariasi, anak mulai memberi nama pada hasil coretannya dan mulai menggunakan
warna. Dalam menggambar, anak belum mempunyai tujuan untuk menggambar sesuatu,
karena fase ini lebih didasari oleh perkembangan fisik dan jiwa anak. Anak yang
normal pasti suka meggambar.
Gambar 3 Anak usia 4 tahun menggambar dengan
maksud tertentu. (Lowenveld,1975)
d.
Periode Pra
Bagan (Pre Schematic Stage)
Periode ini berlaku bagi anak berusia 4-7 tahun. Unsur warna
kurang diperhatikan, anak lebih tertuju pada hubungan antara gambar dan obyek
gambar. Warna menjadi subyektif karena tidak mempunyai hubungan dengan obyek.
Sedangkan konsep ruang tak lain adalah apa yang ada di sekitar dirinya,
menjadikan tidak logisnya antara obyek yang satu dengan obyek lainnya.
Gambar 4. Bentuk dasar yang paling esensi terdapat pada
gambar anak ini, yaitu jari kaki merupakan dianggap bagian yang penting.
(Lowenveld,1975)
Anak kelas satu SD berusia antara 6 – 7
tahun yang mana pada usia ini anak sangat peka pada lingkungannya. Hasil
pengamatan terhadap gambar anak kelas satu sebagai berikut:
1)
Belum ada
kesadaran ruang objek yang mereka gambar terkesan tegak lurus atau datar dan
terkesan tidak memiliki ruang.
2)
Ukuran
objek tidak proporsional antara satu dengan yang lainnya.
3)
Cenderung
menggunakan warna-warna yang mencolok.
4)
Segi
perspektifnya belum ada.
5)
Sudah mampu
menggambar suatu bentuk geometris, contohnya persegi panjang sesuai dengan
imajinasinya.
6)
Merupakan
curahan dari perasaannya dan kreasi dari hasil imajinasinya.
e.
Periode Bagan
(Schematic Stage)
Gambar 5. Empat bentuk yang serupa, seluruhnya
menghadap ke depan. (Lowenveld,1975)
Periode ini berlaku bagi anak berusia 7-9 tahun. Anak sudah
mulai menggambar obyek dalam suatu hubungan yang logis dengan gambar lain.
Konsep ruang mulai nampak dengan adanya pengaturan antara hubungan obyek dengan
ruang, gambar mulai realistis, mulai mengarah ke bentuk-bentuk yang mendekati
kenyataan.
Ciri utama gambar anak pada fase ini adalah adanya garis
dasar yang merupakan tempat obyek atau benda-benda berdiri, merupakan suatu
perkembangan yang wajar. Gambar dibuat berdasarkan ide anak itu sendiri,
misalnya gambar rumah yang kelihatan bagian dalamnya seolah-olah rumah tersebut
terbuat dari kaca bening. Warna mulai obyektif, artinya anak menyadari adanya
hubungan antara warna dengan obyek. Disini anak telah menemukan konsep tertentu
mengenai warna, yakni bahwa obyek tertentu akan memiliki warna tertentu pula.
Ciri lain yang kurang menguntungkan, gambar nampak lebih kaku. Anak cenderung
mencontoh gambar orang lain, hal ini karena berkembangnya sifat kooperatif di
antara mereka.
Anak kelas tiga SD
berusia antara 8-9 tahun, yang mana pada usia ini masuk pada kategori masa
bagan. Pada usia ini konsep sudah berkembang yang mana anak cenderung
mengulang-ulang bentuk gambar yang sudah mereka buat. Gambar mereka belum
menampakkan ada kesan ruang atau masih berkesan datar. Karya seni rupa mereka
merupakan cermin pengetahuan tentang lingkungannya. Berikut hasil observasi
pada perkembangan gambar anak kelas 3 SD.
1)
Karya seni
termasuk gambar rebahan, karena semua benda terletak tegak lurus pada latarnya.
2)
Masih belum
memiliki kesadaran ruang yang mana seharusnya pada usia ini anak sudah mulai
memiliki kesadaran ruang.
3)
Cenderung
mengulang-ulang bentuk yang sudah mereka gambar, dalam hal ini terlihat bentuk
kotak atau persegi empat banyak diulang.
4)
Gambar
merupakan curahan perasaannya hal ini terlihat dari banyaknya jumlah matahari.
5)
Mulai
mengeksplorasi lingkungan, yang mana hal ini terlihat pada gambar anak yang
merekam kejadian sehari-hari yaitu melihat penjual dengan kereta dorong.
6)
Mulai
memahami tantang perspektif, yang mana hal ini terlihat dari gambar pohon yang
dekat terlihat lebih besar.
7)
Menggambarkan
letak anggota badan sudah tepat
8)
Proporsi
tubuh manusia tergantung pada suasana hatinya
9)
Bentuk
badan digambarkan secara geometris.
f.
Periode Awal
Realisme (Early Realism Stage).
Gambar
6. Anak usia 10 tahun membuat gambar dengan menggunakan berbagai garis dasar.
Dahan yang rumit bertumpukdengan tumbuhan lain, matahari muncul di balik awan.
(Lowenveld,1975)
Periode ini berlaku bagi anak berusia 9 sampai 12 tahun
(kelas IV SD-VI SD) disebut pula “usia pembentuk kelompok”.
Pada tahap ini, anak mulai mengekspresikan obyek gambar
dengan karakter tertentu, lelaki atau wanita secara jelas. Karakteristik warna
mulai mendapat perhatian, walaupun belun adanya penampilan dalam hal perubahan
efek warna dalam terang dan bayang-bayang. Dalam gambar adanya penemuan
penggambaran bidang dasar sebagi tempat pijakan (ground) benda dan obyek
gambar.
Anak kelas empat SD
berusia antara 10-11 tahun yang mana sudah memasuki masa awal realisme,
yang mana berarti sudah mulai timbul kesadaran perspektifnya, namun mereka
masih menggambarkan sesuatu berdasarkan penglihatannya bukan kenyataan. Berikut
hasil observasi terhadap perkembangan gambar anak .
1)
Banyak
menggunakan warna-warna terang namun terkesan lembut.
2)
Anak mulai
mengenali objek secara keseluruhan dengan lingkungannya tidak terpisah-pisah,
hal terlihat dari cara anak mengambar awan yang bertumpuk.
3)
Sudah mulai
menggunakan perspektif dalam gambarnya
4)
Anak
menggambar sesuai dengan penglihatannya/persepsinya hal ini dapat terlihat dari
warna langit yang diberi warna oranye.
5)
Masih ada
anak yang menggambar dengan gambar rebahan yang mana semua benda terletak tegak
lurus pada latarnya.
6)
Sebagian gambar
anak masih terkesan datar, namun ada gambar yang terlihat memiliki kesan ruang.
7)
Sebagian
gambar memiliki Proporsi yang belum seimbang, namun ada satu gambar yang sudah
memiliki proporsi, hal ini terlihat dari gambar pohon kelapa yang dekat
terlihat lebih besar sedangkan perahu yang letaknya jauh terlihat lebih kecil.
g.
Periode
Naturalistik Semu (Pseudo Naturalistic Stage).
Gambar 7. Gambar lebih detail,
memperhatikan lingkungan di sekitarnya. (Lowenveld,1975)
Periode ini berlaku bagi anak berusia 12 sampai 14 tahun.
Masa pra puber. Gambar yang dibuat sesuai dengan obyek yang dilihatnya,
sehingga timbul minat terhadap naturalisme, terutama pada anak yang bertipe
visual. Anak mulai menggambar sesempurna mungkin, sehingga detail lebih
diperhatikan, akibatnya spontanitas hilang. Oleh karena itu pada periode ini
merupakan akhir dari aktivitas spontanitas. Anak menjadi kritis terhadap
karyanya sendiri. Ia mulai memperhitungkan kualitas tiga dimensi (perspektif).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar